[CERBUNG] MESIN WAKTU 2 (part 1) - TEKNOLOGI MASA DEPAN -KARYA AHMAD M. MABRUR UMAR
Teknologi
Masa Depan
09
Desember 2022,
Keadaan
telah membaik. Laboratorium Ali yang hancur akibat serangan dari para robot
masa depan pun telah dibenahi. Tak ada yang menyadari serangan itu, akibat
distorsi waktu yang diciptakan para robot, waktu pun berhenti. Ketika semua
berjalan kembali, selain Ratih dan Ali, tak ada orang lain di masa itu yang
tahu apa yang terjadi pada laboratorium ilmuwan penemu mesin waktu itu. Ia
hanya mengatakan kepada media bahwa ia sedang menguji teknologi baru yang akan
ditambahkan ke dalam mesin waktunya, namun karena perhitungan yang keliru
terjadilah ledakan yang hebat.
Dengan
alasan ingin membenahi laboratoriumnya, Ali pun memutuskan untuk membatalkan
kerjasamanya dengan Dr. Hermawan. Meski harus membayar denda, Ali tak keberatan
jika itu ia lakukan untuk menyelamatkan masa depan umat manusia yang ia ketahui
akan dikuasai oleh robot cerdas ciptaannya.
Di
lain pihak, Dr. Hermawan sangat kecewa dengan keputusan Ali itu. Ia terus
berusaha membujuk Ali agar mau bekerjasama dengannya. Namun, sebanyak apapun
Dr. Hermawan membujuk, sebanyak itu pula Ali menolaknya. Bahkan setelah
laboratorium Ali berhasil diberbaiki pun, Dr, Hermawan tetap tak mendapat
persetujuan Ali.
Setahun
kemudian di sebuah kedai kopi. Dr. Hermawan kembali menemui Ali.
“Bukannya
laboratoriummu telah baik kembali? Apa lagi yang membuatmu tak mau bekerjasama
denganku?” Dr. Hermawan penasaran.
“Ini
adalah proyek yang berbahaya. Aku tidak mau mempertaruhkan masa depan manusia,”
jelas Ali.
“Mempertaruhkan
masa depan manusia katamu?” Dr. Hermawan merasa keheranan, “justru dengan
adanya proyek ini, kita membantu banyak umat manusia. Proyek ini adalah proyek
yang dibuat atas dasar cinta dan perdamaian.”
Dr.
Hermawan terdiam sejenak dan menangkap sesuatu di kepalanya, “apa jangan-jangan
kau telah melihat masa depan dengan mesin waktumu itu?”
Ali
pun terdiam dan mulai berdiri dari tempat duduknya yang terasa memanas. Ia
bergeming, lalu meninggalkan Dr. Hermawan dengan berkata, “aku harap kau berhenti
bermimpi dan jangan pernah mencoba menciptakan teknologi seperti apa yang kau
pikirkan saat ini!”
Dr.
Hermawan menatap Ali dari belakang dengan wajah masamnya. Ia menarik napas
bengis, lalu berdiri dan berkata, “dengarkan aku, Prof. Ali. Aku akan membuktikan
bahwa yang kau lihat dengan mesin waktumu itu salah. Akan kubuktikan pula bahwa
mesin waktumu itu telah rusak, gagal memperlihatkanmu masa depan yang
sebenarnya. Teknologiku akan mengalahkan mesin waktu murahanmu itu!”
Semua
orang terkejut melihat dua orang ilmuwan papan atas itu saling berseteru.
Beberapa orang memutuskan untuk merekam kejadian itu dengan ponselnya dan
memajangnya di dinding maya.
Sementara
itu, Ali terlihat terus melangkah meninggalkan kedai kopi itu.
...
Sehari
setelahnya, sebuah ajang bergengsi diadakan. Festival tahunan, yang memamerkan
teknologi-teknologi masa depan dari berbagai kalangan. Mulai dari orang biasa,
pelajar, hingga para ahli yang sangat mumpuni. Tentunya Ali hadir di sana, ia
ditunjuk sebagai juri untuk menilai penemuan siapa yang paling hebat. Dr.
Hermawan pun hadir sebagai juri.
“Kita
sambut, Prof. Ahmad Ali, seorang profesor muda berbakat yang berhasil menemukan
mesin waktu. Teknologi paling dinanti-nanti kehadirannya,” pembawa acara pria
yang terlihat sangat gelamor itu mengarahkan tangannya ke sebelah kiri panggung,
dan muncullah Ali dengan senyum berbaiknya dan lambaian tangan ke arah para
penonton.
“Selanjutnya
kita sambut, seorang pemimpin perusahaan teknologi ternama yang telah banyak
menghasilkan ribuan barang canggih dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Ini dia, Dr. Hermawan, CEO Megandroid Perkasa.”
Muncullah
Dr. Hermawan dari balik tirai dengan senyum dan lambaian tangannya. Senyum
semringah itu berubah ketika ia bertemu pandang dengan Ali di atas panggung.
Begitu pun Ali saat itu.
“Yang
terakhir, juri ketiga kita ini adalah pemenang dari Festival Teknologi tahun
lalu, kita sambut, Dwita Anggraini!”
Muncullah
seorang wanita dari balik tirai. Seluruh pengunjung bertepuk tangan dan
bersorak.
“Baiklah
langsung saja, ini dia. SELAMAT DATANG DI FESITIVAL TEKNOLOGI MASA DEPAN 2024,”
riuh penonton tak sabar menyaksikan penemuan-penemuan hebat. Beberapa kamera
ponsel pun ikut mengabadikannya.
...
Satu
per satu penemuan hebat ditampilkan. Beberapa ada yang memperoleh pujian dari
juri dan tepuk tangan para penonton, beberapa ada yang dianggap biasa saja.
“Peserta
selanjutnya, seorang pemuda dari timur, ia mengaku sangat ingin menjadi ilmuwan
hebat seperti Prof. Ali. Kita sambut, ini dia, Albertus Samuel!”
Penonton
kembali bersorak.
Seorang
pemuda berkulit hitam keluar dari tirai tanpa membawa apa pun. Penonton hening
sejenak.
“Perkenalkan
sa pu nama Bertus dari Papua. Sa sangat mengidolakan Prof. Ali,”
ia membuka dengan sambutan. Ali tersenyum ke arahnya, ia ingat pernah bertemu
dengannya, dan pernah bersahabat pula dengan kakeknya di masa lalu.
“Menurut
Sa, Prof. Ali ini adalah orang yang sangat hebat. Sa banyak
terinspirasi dari dia. Karena itu sa ingin menjadi ilmuwan hebat seperti
dia. Dan~~”
Belum
selesai Bertus bercerita, Dr. Hermawan langsung memotongnya, “tolong
dipercepat, saya hadir di sini bukan untuk mendengarkan kau berpidato. Kami
ingin melihat apa yang kau punya, anak muda!”
Ali
menoleh ke arah Dr. Hermawan yang berada di sebelah kiri bangku jurinya yang
diantari dengan bangku milik Dwita. Mendengar pernyataan Dr. Hermawan itu, Ali
pun menggelengkan kepala.
“Maaf,
sa terlalu bahagia bisa bertemu dengan Prof. Ali lagi di sini.”
“Ya,
sudah, cepat!” nada Dr. Hermawan mulai meninggi.
“Tidak
perlu emosi, Dok!” Dwita coba meredakan.
Penunton
hening.
“Baiklah,
ini dia teknologi yang sa ciptakan!”
Sebuah
robot pun muncul dari balik tirai dan melambaikan tangan dengan derakan yang
patah-patah khas robot.
“Hei, selamat siang. Apa kabar semua?”
robot itu pun bersuara seolah menyapa pada hadirin.
Para
penonton kembali bertepuk tangan.
“Kami
semua baik. Bagaimana dengan kabarmu?”
“Sa juga baik”
Penonton
tertawa mendengar logat Papua yang diucapkan oleh sang robot.
“Boleh
kami tahu namamu?” Bertus bertanya pada sang robot.
“S-Sa
pu nama Albert, diambil dari nama penciptaku, Albertus Samuel.”
Penonton bersorak kembali.
“Albert,
apa kau pu keahlian?”
“Sa
bisa melakukan apapun, sa bisa berlari, sa bisa menghitung, sa bisa bernyanyi dan
masih banyak lagi!”
“Boleh kami dengar kau bernyanyi?” Bertus menguji.
“Sa bisa bernyanyi, tapi jika banyak orang seperti
ini, sa
tra bisa. Sa malu!”
Penonton kembali tertawa. Sementara di meja juri,
Ali tercengang dan senyum di wajahnya menghilang. Sedangkan, Dr. Hermawan
tersenyum tipis.
“Ok. Kau bisa berhitung?”
“Bisa.”
“Berapa hasil dari akar kuadrat delapan puluh
satu?”
“Sembilan!”
Penonton berdecak lagi.
“Akar kuadrat sembilan, dikali lima dibagi tiga,
dikurang tujuh, ditambah satu sama dengan?”
“Minus Satu!”
Ali masih tercengang dan pikirannya kembali terlingat
apa yang terjadi padanya. Sedangkan Dr. Hermawan masih terlihat sangat puas dan
berkata dalam hatinya, “ini yang kucari.”
“Albert, berapa hasil dari akar kuadrat minus
delapan puluh satu?” Dr. Hermawan menangangkat microfonnya dan ikut bertanya.
Robot Albert mengarahkan pandangannya kepada Dr.
Hermawan dan menjawab, “tidak ada hasil untuk akar kuadrat dari bilangan
bernilai negatif.”
Penonton berdecak kagum. Kembali riuh tepuk tangan
dan teriakan penonton.
“Ini teknologi yang sangat berbahaya!” Ali angkat
suara. Seluruh penonton dan semua yang hadir terdiam. Suasana hening. Semua
pandangan mengarah kepada sang profesor muda, Ali.
...
_____________________________Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,
Terima Kasih.
0 Response to "[CERBUNG] MESIN WAKTU 2 (part 1) - TEKNOLOGI MASA DEPAN -KARYA AHMAD M. MABRUR UMAR"
Post a Comment