SURAT CINTA
SURAT CINTA
Kepada 'wanita pecinta hujan'-ku
yang selalu menemaniku bercerita hingga lewat 22.33. Izinkan aku mengatakannya
padamu, pujaan hati. Dengan memohon rida-Nya.
"AKU MENCINTAIMU,"
Apa yang akan terjadi setelah
hari ini?
Setelah pengungkapan konyol ini
dilontarkan. Pengungkapan yang sebenarnya kamu tahu itu dari puisi-puisiku yang
mungkin terkesan berlebihan. Terkesan terlalu berani dan tidak pantas. Yang
mungkin seharusnya tidak pernah kuungkapkan kepadamu. Maaf, tak pandai
menyembunyikan perasaanku.
Apakah kamu akan membenciku
setelah ini?
Aku tak pandai memilih waktu.
Begitu pun perasaan ini, datang di saat yang tidak tepat. Aku tahu kamu sedang
dalam gundah yang teramat mendalam tentang masa depanmu sendiri. Maaf, jika
pengungkapan ini malah membuat semuanya bertambah runyam.
Apakah aku pantas untuk itu?
Memandangku aneh karena tidak
pantas seorang sepertiku mengungkapkan itu kepadamu. Bagaimana aku tidak
berpikir seperti itu? Kita bertemu dalam ruang yang membatasi siapa dirimu dan
siapa diriku. Yang tadinya hanya sebatas guru dan siswa. Mungkin jarak hanyalah
angka-angka. Kamu tahu jarak kita bukan hanya sebatas kilometer.
Maaf, telah membawa-bawa
perasaanku pada percakapan kita yang sederhana, yang lain dari kebanyakan
manusia. Seperti katamu, jangan menggantungkan pengharapan kepadamu. Tapi, aku
siap dengan kemungkinan baik ataupun buruk nantinya. Aku siap dengan semua
risiko yang mungkin akan terjadi termasuk hal terburuk sekalipun.
Aku tahu aku jauh dari yang kamu
inginkan. Pengetahuanku sangat fakir. Ilmuku tentang agama sangat kurang. Aku
tak hafal Ar-Rahman atau pelafalanku kadang keliru. Tidak perlu menurunkan
standarmu, izinkan aku memantaskan diri sebisaku.
Bila Tuhan mengizinkan masa
berangsur membaik. Aku bisa menatapmu setiap hari. Menggenggam tanganmu.
Menenangkan gundahmu. Bahkan menjadi pelindungmu. Percayalah, tiada lagi yang
mampu menggantikan kebahagiaan itu, kebanggaan itu.
Bila pupus pula pengharapan itu.
Entah kamu pergi, entah bersama yang lain, yang jauh lebih baik dariku menurut
padang matamu. Percayalah, aku akan kuat. Kamu akan selalu melihatku tersenyum
sebisaku. Walau nanti mungkin di belakang layar aku akan meratapi kekalahanku
sendiri, kepayahanku sendiri. Saat itu terjadi, pergilah, jangan menoleh ke
belakang, jangan menatapku. Percayalah, itu hanya sebentar. Aku akan segera
bangkit.
Jika aku yang kalah dan ingkar.
Maafkan atas kebodohanku. Percayalah, apa yang terjadi di antara kita di masa
lalu, di hari ini, perasaan ini. Yakinlah, ketulusan ini nyata adanya. Kamu
tidak akan percaya, aku meneteskan air mata saat mengukir ini dalam ruang
gelapku sendiri.
Apakah kita sejalan dalam hal
ini?
Jawablah di lain waktu. Aku
hanya ingin mengungkapkannya, tidak menuntut jawabanmu segera.
Aku siap menunggu selama yang
kamu bisa. Selesaikanlah terlebih dahulu apa yang jauh lebih penting. Jangan
pedulikan perasaanku. Aku baik-baik saja.
Jangan ragu bercerita.
Berceritalah sepuasnya. Aku siap mendengarkan lebih banyak keluh-kesahmu, lebih
banyak pelikmu. Pundakku masih cukup kuat untuk menopang beban di kepalamu.
Bersandarlah.
Dibuat: Keppe, 27 Agustus 2023
Dikirim: 28 Agustus 2023
_____________________________Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,
Terima Kasih.
0 Response to "SURAT CINTA"
Post a Comment