Esai - Kenangan Masa Lalu (Prolog Laskar Tanpa Nama)
Friday, March 23, 2018
Add Comment
Kenangan Masa Lalu
(Prolog Laskar Tanpa Nama)
Rantu, 30 Juni
2016
Ahmad Ali, seorang
anak yang berdiri di bawah langit biru berselimut awan selembut sutra. Ia
pernah memandangi langit yang sama dari tempat lain yang kini jauh dari
pandangan dan jangkauannya. Rindu rasanya dengan tempat itu. Ingin pula ia
pijak kembali tanah yang menyimpan jejak-jejak kenangan nan pudar oleh jutaan
liter rinai hujan dari malam ke malam.
Dari dalam rumah
ia saksikan acara berita tahunan yang mengambarkan lalu-lalang kaum rantau
hilir-mudik ke kampung halaman masing-masing. Sedikit rasa iri merasuk,
menginginkan bersua dengan nenek, ibu dan adiknya yang masih ada di kampung
sana. Khayalan indah menghiasi sedikit senyum kecil yang sering terpancar dalam
heningnya kesendirian.
Ali, begitu
panggilan akrabnya berandai-andai di atas kasur lusuh yang padahal baru
dibelikan bapaknya setahun lalu. Suatu hari nanti di masa depan, ia ingin
kembali ke tempat kelahirannya yang terletak di ujung barat pulau tertimur
Indonesia itu. Bukan dengan kepalan tangan kosong yang hanya menjadi tanda
kegagalannya mengarungi dunia, tapi ia akan kembali ke sana dengan menggenggam
jutaan kesuksesan dari seluruh dunia.
Bulan Ramadan
melempar kenangannya jauh ke masa lalu di saat ia bisa melaksanakan ibadah
dengan keluarga yang lengkap. Bertarawih bersama sahabat-sahabat kecil yang
sering iseng. Ia masih ingat malam itu bersama teman-teman sekolahnya hanya
ribut saat shalat jama’ah sedang berlangsung. Lain lagi kenangannya dengan
seorang gadis cantik yang jadi cinta pertamanya, memang tak seharusnya anak
sekecil itu yang bahkan masih duduk di bangku Sekolah Dasar telah mengenal
cinta.
Saat itu Ali
tinggal bersama Kakek dan Neneknya yang sangat taat dengan agama. Hari-hari Ali
diajarkan tentang agama, mulai Shalat, mengaji, dan diajarkan berbagai doa-doa
untuk kegiatan sehari-hari. Bahkan saking taatnya Ali sempat dilarang untuk
melanjutkan sekolah dan lebih memperdalam agama di kampungnya.
Satu per satu
ingatan Ali siang itu menghantarkannya mengenang jauh ke masa lampau. Tak cukup
rasanya waktu mengenang betapa indahnya masa kecil yang kini hanya bisa ia
rindukan.
“Hari ini pulang
kampung....” Celoteh salah seorang sahabat melalui status dan postingan di
Facebook.
Diana namanya,
sahabat SD Ali yang juga pergi
melangkahkan kaki jauh dari Desa masa kecil mereka. Berbeda dengan Ali yang
hanya bisa merindukan, tahun ini Diana bisa mengunjungi keluarga di desa Mamau,
nama desa itu. Diana dan Ali sudah bersahabat sejak mereka kelas enam SD,
kenangan ini kembali membuat Ali mengenang jauh ke masa lampau.
Ahmad
Ali, kelahiran desa Mamau, 10 Agustus 1998, anak pertama dari dua bersaudara,
Ia sempat menjadi anak tunggal selama 11 Tahun. Badannya sedikit berisi,
tingginya sekitar 160 cm, rambutnya sedikit bergelombang berwarna hitam. Ia
adalah manusia sejuta mimpi, ia selalu bermimpi dan selalu berjuang mewujudkan
mimpi-mimpinya itu. Tidak mudah memang dalam mewujudkan mimipi-mimpi itu Ali
pun terkadang menyerah dengan mimpi-mimpi itu. Seseorang bernama Ali itu adalah
Aku, akan kuceritakan perjalanan hidupku dalam merangkai dan berjuang
mewujudkan mimpi. Satu hal yang sering teringat dari seseorang, seseorang itu
pernah berkata “mimpi itu tidak akan terwujud jika kita hanya bermimpi dan
tertidur, mimpi akan terwujud bila kita bangun dan mulai mewujudkan mimpi-mimpi
itu”, nanti akan kuberi tahu siapa yang memberikanku petikan motivasi itu.
Inilah kisahku, kawan.
Keterangan esai:
Esai ini pernah diikut sertakan dalam Lomba Cipta Esai Nasional bertema "Pulang" yang di selenggarakan oleh Jejak Publisher (http://www.jejakpublisher.com) pada Juni 2017 lalu. Dalam lomba ini, pengarang berhasil mendapat Piagam Penghargaan sebagai Peserta Terinteraktif (Tag terbanyak).
Naskah ini menjadi naskah pertama pengarang yang diikutsertakan dalam lomba.
_____________________________Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,
Terima Kasih.
0 Response to "Esai - Kenangan Masa Lalu (Prolog Laskar Tanpa Nama)"
Post a Comment