NOVEL | 1 Titik (part 2) - Kisah Sang Ustadz
Friday, January 18, 2019
Add Comment
Kisah Sang Ustadz
Setelah kondisiku sedikit membaik secara fisik, namun tidak secara
mental. Dr. Riza mengajakkubertemu dengan seorang Ustadz bernama Ust. Muhammad
Abdullah, namun akrab disapa Ust. Dul. Dia berusia sekitar 31 Tahun, dan
memiliki janggut khas seorang ustadz.
“Dia seorang pecandu dan peminum yang Insya Allah ingin
bertaubat di jalan Allah” Bisik Dr. Riza kepada Ust. Dul.
“Alamdulillah... Lalu apa yang aya saya bantu?” Tanya
Ust. Dul
“Mungkin ustadz aya membantu menuntunnya ke jalan yang
baik. Lagipula saya yakin panti rehabilitasi biasa tidak aya mengerti
masalahnya”
“Insya Allah...”
Aku pura-pura tak mendengar pembicaraan itu. Ust. Dul
pun tersenyum menatapku dan bertanya.
“Siapa namamu, dik?”
“Ahmad...” Jawabku.
“Nama lengkap?”
“Ahmad Muslim”
“Kau tahu arti namamu?”
“Tidak!”
“Ahmad dalam ayasa Arab artinya terpuji, sedangkan
Muslim berarti orang muslim atau yang beragama Islam. Saya yakin orangtuamu
tidak sembarangan saat memberikanmu nama, ini adalah sebuah harapan agar kamu
jadi orang muslim yang dapat dipercaya dan memiliki sifat yang terpuji. Insya
Allah kamu akan jadi orang yang sukses dengan sifat terpujimu”
“Tapi saya ini hanya seorang pecandu dan orangtua saya
pun sudah tidak memperhatikan saya. Mereka tidak pernah mengiginkan menjadi
seperti itu”
“Jangan beranggapan seperti itu, tidak ada orangtua yang
tidak menyayangi anaknya!” Seru Ust. Dul
“Benar kata Ustadz, asal kamu tahu, selama kamu koma,
Ayah dan Ibumu sangat khawatir. Dan saya bawa kamu ke mari atas perintah Ayah
dn Ibumu yang mau kamu berubah jadi anak yang baik” Tambah Dr. Riza
Ditengah perbincangan kami, Ayah dan Ibuku ayasa lantas
memelukku.
“Nak, maafkan Ayah dan Bunda yang kurang
memperhatikanmu, sampai kamu jadi anak yang jauh dari agama. Sekarang kami
janji akan merubah semua itu, dan kamu harus belajar agama dengan Ust. Dul”
kata ayahku
Sejak hari itu aku pun mulai mendalami agama ayasan Ust.
Dul. Ingatanku perlahan mulai pulih. Bersamaan dengan itu kuliahku pun mulai
berjalan ayasa. Dari mahasiswa yang suka tauran, dan mabuk-mabukan kini aku
bertransformasi menjadi mahasiswa sastra gemar menuangkan segala kelu kesah
dalam karya tulis berupa puisi, cerpen dan karya prosa lainnya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang?” Sapa Ust. Dul dipagi
hari setelah Shalat Subuh.
“Alhamdulilah, Ustadz. Kata Dr. Riza kondisi ingatanku
mulai pulih bahkan sudah 92%” Jawabku.
“Alhamdulilah ayas begitu. Jangan lupa nanti siang kita
lanjutkan belajar mengajinya”
“Insya Allah, Ustadz”
Sepulang dari kampus, siang itu aku istirahat sejenak
karena kepalaku terasa sedikit sakit, mungkin karena banyaknya tugas kampus.
Setelah tertidur beberapa lama ayah membangunkanku, ia mengingatkan tentang
janjiku dengan Ust. Dul. Karena merasa sudah sangat telat aku bergegas menemui
Ust. Dul. Sesampainya di ayasa ternyata pengajian remaja sekitar ayasa telah
dimulai.
“Kok telat?” Sindir Ust. Dul.
“Maaf Ustadz tadi saya ketiduran” Jawabku.
“Ya sudah, silahkan masuk”
Dengan pengajian seperti ini aku lebih merasa tenang
dibandingkan dengan berkumpul ayasan gengku di masa lalu. Mengingat kembali
yang telah lalu membuatku tak ayas dengan mengajiku, pikiranku pergi entah ke
mana.
“Tadi saat mengaji kamu kelihatan bengong, ada apa?”
Tegur Ust. Dul yang menyadari hal itu.
“Saya berpikir, kawan-kawan saya belum sempat bertaubat
di jalan Allah tapi sudah dipanggil duluan. Apa mereka aya merasakan Surga?”
“Insya Allah, yang penting kamu terus mendoakan mereka”
“Apa mungkin taubat saya masih aya diterima?”
“Allah itu maha pengampun”
“Tapi dosa-dosa saya sudah menumpuk”
“Mari ikut dengan saya!”
Ust. Dul mengajakku ke rumahnya dan memperlihatkan album
foto yang terlihat telah ayas. Dalam album itu terlihat seorang remaja
laki-laki berambut ayasan dengan segala aktivitas ayasan, seperti meminum
minuman keras, mengkonsumsi narkoba bahkan remaja ini seorang anak band rock.
Ust. Dul menceritakan ayasa anak ini bahkan tak pernah merasakan kasih ayasa
kedua orangtua karena dia yatim piatu dan hanya tinggal ayasan pamannya yang
seorang preman. Di usia tujuh tahun pamanya dipenjara dan difonis seumur hidup,
sejak saat itu ia hidup di jalanan dan aya dibilang berandalan. Selain itu ia
juga sering keluar masuk rumah sakit dan penjara. Ini menunjukkan orang ini
memiliki latar belakang yang lebih buruk dariku. Yang lebih mengejutkan lagi
orang itu adalah Ust. Dul.
“Semua orang ingin berubah, namun tidak semua
orang mampu bertahan menjalaninya, jadi jangan menyerah dengan keadaan sesulit
apapun” Petuah Ust. Dul.
_____________________________Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,
Terima Kasih.
0 Response to "NOVEL | 1 Titik (part 2) - Kisah Sang Ustadz"
Post a Comment