Merana Karena Korona
Tuesday, February 11, 2020
Add Comment
Merana Karena Korona
“Merana Karena Korona.”
Tajuk
itu kudapat dari salah satu saluran berita di televisi siang tadi. Dunia saat
ini memang sedang dalam teror sebuah virus yang diduga berasal dari hewan, Corona Virus. Virus ini pertama kali
terdeteksi di negeri tirai bambu. Hadirnya virus ini sukses
membuat dunia menjadi gempar sejadi-jadinya. Mulai dari teori kompirasi,
pengalihan isu, hingga kisah-kisah di balik viralnya virus ini. Yang tak kalah
mirisnya, agama pun itu terseret dalam kasus ini.
“Virus
ini menjadi sangat berbahaya, apabila menyerang sesorang dengan sistem imun
tubuh yang lemah, seperti lansia. Selain itu, virus juga akan menjadi sangat
berbahaya pula jika menyerang seseorang yang juga mengidap penyakit lain dalam
tubuhnya,” kata seorang dokter wanita di kanal berita tersebut.
Lain
lagi dengan percakapan dari seorang publik figur bersama kawannya di kanal
jejaring Youtube. Menurutnya, dari sumber yang terpercaya pula, virus korona
ini adalah virus yang sudah ada sejak lama. Flu biasa pun disebabkan oleh virus
ini. Hanya saja, yang saat ini sedang viral adalah jenis virus korona yang
baru. Menurutnya pula, jika dibandingkan dengan penyakit mematikan lainnya,
seperti; serangan jantung, dan lainnya, korona masih jauh dari angka penyebab
kematian tertinggi di dunia. Jadi, menurutnya bukan virusnya yang membuat
kepanikan, tapi isu dan berbagai macam pandangan yang membuat dunia menjadi
panik.
Selain
berbagai teori dan opini yang beredar. Jagat media sosial pun menampilkan sisi
lain di balik mewabahnya virus ini. Baru saja, acara TV favoritku dari kanal TV
berlambang angka tujuh menyampaikan informasinya. Di antara kisah itu adalah
kisah beberapa orang tua dan anak yang harus terpisah karena salah satu dari
mereka terjangkit wabah ini. Ada juga kisah dari sepasang lansia yang saling
menyemangati walau keduanya tengah berada di atas ranjang perawatan.
Kisah
heroik pun turut hadir. Sebut saja seorang kakek yang dengan suka rela
memberikan uang tabungan selama bertahun-tahun dari hasil menyapu jalanan untuk
membantu petugas dalam proses penanganan virus. Atau kisah yang sama dari
seorang pelajar Tiongkok yang menyumbangkan uang sebesar dua juta rupiah untuk
membantu para pasien. Lalu, apa yang sudah kita lakukan?
Lain
cerita dari persediaan masker yang semakin menipis. Hingga perusahaan masker
menaikkan harga penjualannya. Menurut pendapat beberapa kalangan, hal ini
sengaja dimanfaatkan untuk meraup keuntungan. Pertanyaannya sama, apa yang
sudah kita lakukan?
Terakhir,
yang membuatku tak habis pikir. Di luar kisah heroik, teori-teori konspirasi,
hingga peluang bisnis. Satu hal yang paling miris adalah beberapa orang yang
turut membawa-bawa agama dalam masalah sepelik ini.
Hanya
ada satu pertanyaan dariku untuk semua itu, agama ‘terbaik’ mana yang melihat
saudara/sahabat/temannya terkena musibah bahkan nyaris meregangnya karena
penyakit justru hanya teriak, ‘WOY! AGAMA GUA
TERBAIK DAN HEBAT, KAN? NGGAK ADA
YANG TERJANGKIT!’
Bukannya
sebagai umat beragama yang baik, kita harus mendoakan saudara kita? Barangkali
Tuhan akan mendengarkan doa dari umat agama terbaik tersebut?
Keppe, 10 Februari 2020
_____________________________Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,
Terima Kasih.
0 Response to "Merana Karena Korona"
Post a Comment