Yang Terakhir


Yang Terakhir
Sebelum aku bercerita kuberi kau yang sederhana dariku yang sangat sederhana, maaf bila konyol.
Cahaya
Kutegur sang bintang malam
Kutolak sinarnya yang redup
Kutunjukkan binarmu yang cemerlang
Lantas ia matikan sinarnya seketika
Kusudutkan rembulan yang tersenyum
Kuabaikan senyum menawannya
Kubilang senyum adindaku lebih indah
Rembulan pun mengakui ujar-ujarku
Kupersekutukan awan pagi ini
Kuperintahkan halangi mentari yang terbit
Kala itu awan bertanya-tanya mengapa
Kuperlihatkan pesona elokmu di setiap hariku
Awan terpesona lantas penuhi pintaku
Kuhalangi rintik hujan menghujammu
Aku tak ingin redup sinarmu, cahaya
Pelita kecil dalam pekat sang gelap
Aku ingin jadi cahayamu bantu kau bersinar
Kau cahayaku bantulah daku tuk bersinar
Sinari jalan terangmu
Agar sampai kau padaku
Sinarilah jalan redupku
Agar tak tersesat aku yang mencarimu
Sempurnamu Lemahku
Sempurna yang tak bisa kugapai
Betapa hebat Sang Sempurna mencipta sempurna lain
Meski tak sesempurna Maha Cipta
Tetap saja sempurnanya lemahku
Adakah baik sang logika menerjang baik sang hati
Ketika rasa mengalahkan pikir
Ketika pikir menerobos kokoh sang hati
Kuujarkan sempurnamu lemahku
Terlihat nyaman sang hati sebab tutur di hari lampau
Konon indah ‘kan tercapai hingga masa mendatang
Logika lagi aku berkawan dirinya, masihkah ada sang nyaman?
Pikir makin mengusik, sempunanya lemahku
Jadi saksi sang waktu menemani
Menampak pandai tutur-tutur indah
Yang makin kudamba, tak yakin kugapai
Tutur sempurnamu lemahku
Aku diam saat aku marah
Terkadang bertanya mengapa marah
Egoku berkawan cemburu dalam pikir
Makin jelas pikir sempurnamu lemahku
Sempurna itu yang kudamba
Ingin kujaga sepenuh hati walu kulemah
Sempurna yang buat amarah mereda
Yang buktikan sempurnanya lemahku



Sabtu, 17 Juni 2017,
Terpandang bodohkah aku menurutmu? Yang tak serupa dambaanmu sang pangeran. Tak bertahtakan mahkota di kepala, istanaku pun tak semegah istana yang kau damba, hanya beratapkan daun-daun mengering. Inikah yang jadi alasan tertolakku? Tak ada lagikah sempat untukku di hari mendatang bagi sisimu? Bahkan telah kau pastikan aku memang tak layak untukmu. Dan tak yakin kau bisa kujamin bahagiamu, sebab akulah sang tak punya.
Wahai kau cahaya, ingin lagi kusampaikan harapku. Tak kubumbui kias agar kau paham maknaku. Bukanlah pacaran tujuanku denganmu, sudah jelas bila berpacaran hanya membuat sakit hati, tak ingin kubuat kau sakit hati padaku. Lebih dari itu, lebih dari sakadar pacaran, aku ingin menggenggammu sebagai pelindungmu. Maaf bila selama ini maknaku tak tersampaikan dengan baik. Inilah harapku yang tulus benarnya, harap yang kau sarankan tak terlalu tinggi. Sekali lagi maaf aku tak bisa berubah dari itu, aku terlanjur ingini semua.
Aku ingat pernah kau berkata, akulah yang terbaik yang kau temui. Kupikir inilah harapanku, kupikir inilah meluangku. Apakah sekali-kali tidak? Apakah hanya aku yang terlalu berharap? Tak adakah sama rasamu dan rasaku, cukup rasa yang kumaksud adalah rasa hari ini? Ataukah hanya sekedar pelipur lara rayumu tentangku? Sekali lagi aku tak bisa berhenti dan menghapus rasa ini. Mungkin telah jenuh kau mendengar tuturku tentang tulus, atau mungkin ‘lah tiada percaya untukku sedikit saja.
Tak pernah ada niat menjauh darimu. Mungkin pernah berkeliru paham tentangku, mungkin kau merasa aku tak suka kau mintai bantu, mungkin kau pikir aku merasa kau manfaatkan. Sekali pun tidak, tidak pernah terbersit itu di relungku. Aku bahagia saat kau meminta bantuku, sebab bisa jarakku lebih dekat dengan. Kalau pun dengan kau memanfaatkanku aku bisa dekat denganmu, sungguh aku rela kau manfaatkan, aku rela bermanfaat bagimu. Sebab, merasa bermanfaat jauh lebih baik daripada merasa dimanfaatkan. Dan jangan pernah berpikir bahwa aku membantumu, baik padamu hanya karena ingin mendapat perhatianmu atau mengais ibamu atau bahkan kau berpikir itu untuk “Iya”-mu. Sungguh, aku tak begitu.
Ada pun sisi lain burukku kutampakkan padamu, bukan karena apa. Aku hanya berpikir, mungkin dengan sisi baik kau akan merasa sungkan menjawab tanyaku dengan kata “Tidak”. Sebab itu kubuat sisi burukku menantangmu, agar segala bencimu untukku bisa kau luapkan dengan nyaman padaku. Mungkin aku berhasil, namun aku menyesal. Jangan buat pahammu aku permainkanmu, sungguh bukan kerena itu maksudku. Maaf pernah buat air matamu menetes karenaku, akan kuminta Tuhan menghukumku atas itu dan kuminta Dia hukum aku bila nanti tetesan sedihmu kembali mengalir karenaku.
Mengapa menghindar bila kubahas tentang rasa? Adakah yang lain, yang sempurna? Yang lebih kau percaya janji-janjinya. Yang lebih megah istananya, yang lebih rupawan parasnya, yang bisa membuatmu mencinta lebih tulus. Bila tolakmu padaku karena takut kehilanganku, maka apakah tak takut kau kehilangan dia pujaanmu? Sudah yakinkah kau dengan pilihanmu? Aku bertanya, aku ingin tahu benarnya. Mulai bencikah kau oleh sikapku? Mungkin terasa terkekang kau olehku. Aku yang selalu menunjukkan sisi kecemburuanku padamu, padahal tak ada apa yang kau suka dariku. Caraku tunjukkan padamu bahwa ada yang ingin kulindungi darimu mungkin berlebihan. Kau sosok sempurna apa pun cacatmu. Sudah pula kucoba lupa, kucoba buang semua rasaku, kucoba tuk tak menatapmu, kucoba tuk berpaling, dan bahkan kucoba tuk tak lagi rindu suaramu. Namun, tak bisa, aku tetap kembali, aku tetap ingin dengar suaramu.
Sudahkah terlindungi ingatmu tentangku? Bukan hanya hari ini, tapi ‘tuk jutaan hari di masa mendatangmu. Ingatlah satu yang kutulis di sini, tak bisa kuhapus semua yang kurasa, bahkan mungkin hingga masa mendatangku. Lagi-lagi maaf bila konyol bagi logikamu. Ingat juga paparku sebelum ini, bila nanti bukan kau yang denganku, aku yakin rasa padamu adalah rasa terbesarku jua rasa terindahku. Juga maaf bila masih konyol logikamu menerima. Masih kuingat pula tuturmu tentang indah yang kau ucap akan ada pada waktunya di masa mendatang. Kupikir lagi ini sebagai harap, maaf mungkin salah logikaku menerima makna sajakmu.
Aku benci kau yang sekarang. Kau yang mulai berjalan jauh dariku, aku benci karena tak ada lagi kau yang dulu bagiku. Mungkin hanya firasatku saja, namun mengapa bedamu menyata yang kurasa. Ataukah siapa kau? Aku tak mengenalmu. Kuingin kau kembalikan kau yang kukenal dulu. Maaf lagi menuntutmu yang tidak-tidak, maaf jika masih salah tuturku di logikamu. Aku hanya takut kehilanganmu, takut tak bisa lagi di sisimu kini dan nanti. Namun ternyata salah, rasa takut kehilangan itu, justru yang kini buatku nyaris kehilanganmu, nyaris kau jauhi. Lagi, maaf bila logikamu masih merasa konyol akan inginku.
Bila tak lagi kau inginkan tulus tulisku. Inilah tulisku yang terakhir, inilah kegilaanku yang terakhir untukmu. Kuingin kau tahu, aku selalu coba menerima. Bila tertutup hati dan harapmu untukku. Bila ada dia yang menjadi sempurnamu. Jangan paparkan salahmu di masa lampau, sebab aku tak mengenalmu di masa dahulu, yang kudamba adalah kau yang sekarang dan yang nanti. Salahmu di masa silam tak ‘kan mampu goyahkan rasaku saat ini, rasaku sampai nanti. Cukup sampaikan saja ada dia, aku ‘kan mengerti, tapi aku tak berpaling. Lagi-lagi maaf bila logikamu merasa konyol akan ini. Sebab, bila bisa Tuhan beriku percaya, kaulah yang terakhirku. Apa pun yang terjadi nanti, apa pun yang kau lihat nanti, aku akan tetap tulus padamu. Suka tidakmu aku begini adanya.
(Jangan  ragu tuk bercerita...
Menangislah bila perlu...
Bersandarlah di pundakku bila ingin...

Aku selau menunggumu di ujung teleponku...)

TERKAIT:

_____________________________
Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,

Terima Kasih.

0 Response to "Yang Terakhir"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
oOoOoOo

Iklan Tengah Artikel 1



Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.

Iklan Tengah Artikel 2




Iklan Bawah Artikel

oOoOoOo
DUKUNG KOSAN KARYA UNTUK TERUS BERKARYA:

Donasi Via Saweria atau dukung Kosan Karya dengan klik iklan google (Google Adsense) yang tampil


Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.

Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
oOoOoOo