Cerpen - Suara Yang Dirindukan

Suara Yang Dirindukan

11 Agustus 2013
Masih dalam suasana lebaran idul Fitri. Pagi itu, ringtone hp dengan nada lagu PUSPA dari ST12 yang terdengar sayup dari bawah bantal merah tempatku menyandarkan kepala, mataku terbuka dan segera mencari sumber suara itu. Kutemui sebuah nomor baru tanpa nama tertera menelponku dan kuangkat panggilan itu dengan muka yang masih kusut.
“Assalamualaikum...”
Terdengar suara seorang wanita menjawab salamku
“Wa’alaikum salam...”
“Ini dengan siapa ya?”
Ia tak menjawab pertanyaanku, dan jusru balik bertanya,
“Benar ini Ali?”
Dengan perasaan penuh tanya aku menjawab,
“Iya, ini saya”
“Alhamdulillah....” seketika suaranya menjadi gemetar dan terubah menjadi keharuan
Sesekali ia menyebutkan sebuah nama “Ali...” namaku disebutnya dengan isak tangis yang makin menjadi-jadi. Aku hanya terdiam sambil terus berusaha menggalih ingatanku tentang suara di balik sinyal handphone yang sedikit terputus-putus. Perlahan tangisannya mulai reda, kucoba untuk kembali bertanya.
“Maaf ini siapa?”
Dengan tangisan yang masih tersisa ia menjawab,
“Ini Mama, Nak...”
“Mama?”
Seakan rasa haru bercampur aduk dengan berbagai rasa di hatiku. Entah perasaan apa ini, rasa sudah lama tak mendengar suara dan melihat sosok seorang Ibu yang melahirkanku. Seketika, ingatanku terbang jauh ke masa tiga tahun lalu, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 1 di SMP Negeri 2 Kota Sorong, Papua Barat. Kisah lama bergulir di pikiranku.
Selasa, 11 Januari 2011
Setelah pulang berlibur dari desa Mamau ke kota Sorong. Bapak berencana mengajak aku dan mama untuk berkunjung ke kampungnya di Sulawesi Selatan. Tapi mamaku menolak ajakan itu dengan alasan kasihanAbah Tua[1] dan Nenekku di desa Mamau jika harus ditinggal jauh ke Sulawesi.
“Cuma satu bulan, kalau sudah bertemu dengan keluarga di sana kita kembali lagi ke sini” bapak terus merayu mama agar menuruti kemauannya. Terlihat dari matanya, beliau sangat rindu dengan keluarganya yang telah 21 tahun tak dijumpainya.
Masih kuingat hari itu 14 Januari 2011, Bapak, Mama, aku dan Adikku yang masih berusia satu setengah tahun, kami terbang dari bandara Jeffman, Sorong menuju bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Ya, mamaku akhirnya mengikuti kemauan bapakku. Perjalanan dari Makassar ke kampung halaman Bapakku ditempuh kurang lebih sembilan jam. Pukul 16.30 WITA, kami tiba di rumah saudaranya di desa Rantu, Kab. Luwu, Sulawesi Selatan.
Berbulan-bulan telah berlalu, Bapakku juga tak membahas tentang kepulangan kami ke Sorong. Bukan karena lupa, tapi Bapakku memang tak lagi berniat kembali ke kota Sorong, bahkan ada sebuah rumah milik keluarganya yang siap untuk ditempati kami sekeluarga. Tapi mungkin karena keterbatasan bahasa membuat Aku dan Mama menolak untuk tinggal di sini lebih lama dan menuntut kembali ke kota Sorong. Namun aku tetap dimasukkan sekolah  di MTs. Rantu. Sekitar bulan Mei 2011, dengan alasan ingin menjemput dan membawa Abah tua dan Nenekku ke desa Rantu, Mamaku akhirnya kembali ke kota Sorong. Semenjak hari itu mama tak kembali dan tak pernah kudengar kabar tentangnya. Aku memiliki impian lain yang ingin diwujudkan yaitu menyatukan kembali keluargaku yang utuh. Hari ini beliau kembali menghubungiku.
“Mama tahu nomor kamu dari Diana teman kamu di SD dulu” Mamaku coba menjelaskan
“Mama mau kembali lagi ke sini kan?”
“Tidak, Nak!”
“Kenapa?”
“Sebenarnya hari ini, mama telpon kamu, mama mau minta izin sama kamu, mama mau nikah lagi”
Mendengar pernyataan beliau saat itu aku merasamimpi besarku yang satu tidak mungkin akan pernah terwujud.
“kalau pun saya tidak setuju, mama pasti akan tetap menikah lagi, iya kan? jadi tidak perlu mama minta izin sama saya” Langsung kumatikan panggilan itu.
Hari itu menjadi hari yang sangat membahagiakan tapi juga menjadi hari yang paling buruk bagiku. Membahagiakan karena bisa mendengarkan suara yang selama ini sangat kurindukan. Dan menjadi buruk karena ada hal yang tak kuinginkan untuk terjadi. Seketika dunia serasa tak pernah adil bagi manusia sepertiku, impianku memiliki keluarga yang utuh kini tak akan pernah tewujud. Entah salah siapa? entah apanya salah? mungkin jawaban dari semua pertanyaan itu, takdirku inilah yang salah. Satu pertanyaan terakhir yang sering timbul dalam benakku adalah mengapa hidupku harus berjalan seperti ini?.
Sebulan kemudian, mama kembali menghubungiku dan berkata bahwa beliau telah menikah dengan seorang saudagar kaya yang bergelar Haji dari kota Makassar dan telah lama menetap di dareah Teminabuan, Papua Barat.
“Saya Cuma bisa mendoakan semoga mama bahagia dengan kehidupan baru yang mama jalani” kusampaikan doaku padanya melalui sambungan telepon dengan air mata yang tertahan di ujung bola mataku.
Sampai waktu yang lama Bapakku tak pernah mengetahui hal ini, aku beranggapan kalaupun kusampaikan kabar ini, bapak tidak akan pernah peduli. Hingga akhirnya berita ini sampai juga ke telinga Bapakku, bukan dari mulutku, tapi keluarga yang berada di Papualah yang menyampaikan kabar ini. Benar saja dugaanku bapak tak memberi respon apapun setelah mendengar kabar ini. Akupun bingung ada apa dengan keluarga ini.
Selalu kugiring pikiran ini menuju ke arah yang positif. Dia teteplah Ibuku, sosok yang telah melahirkanku, membesarkanku dan membuatku hingga ada di titik ini. Suatu hari nanti aku ingin bertemu dengannya, memeluknya dan bahkan menjaganya. Tak ada mimpi yang ingin kuwujudkan melebihi mimpi membanggakan orang tuaku, bukan hanya mama tapi juga Bapakku. Ini adalah kisah yang ingin selalu kukenang sampai kapan pun, bahkan hingga raga ini tak bernyawa lagi.
Hari ini harpanku. Hanya sekadar ingin bertemu kembali dengan mama. Ingin memeluknya. Ingin kembali bercerita tentang semua yang terjadi dalam perjalananku. Perjalanan yang kutempuh tanpa dia di sisiku. Satu hal yang kuyakini doanya selalu mengiringi langkahku.
*****
Peserta dalam Lomba Cipta Kisah Inspiratif bertema “Perjalanan (R)asa” bersama Jejak Publisher.



[1] Panggilan untuk kakek dalam dialeg sunda/Banten


_____________________________
Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,

Terima Kasih.

0 Response to "Cerpen - Suara Yang Dirindukan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
oOoOoOo

Iklan Tengah Artikel 1



Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.

Iklan Tengah Artikel 2




Iklan Bawah Artikel

oOoOoOo
DUKUNG KOSAN KARYA UNTUK TERUS BERKARYA:

Donasi Via Saweria atau dukung Kosan Karya dengan klik iklan google (Google Adsense) yang tampil


Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.

Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
oOoOoOo