Cuplikan Novel: "DIMENSI" - Naga Air | Karya: Ahmad M. Mabrur Umar (Coming Soon)
Related

NAGA AIR
Pertempuran besar pecah di bawah guyuran hujan lebat.
ROOOAAARRR!
Seekor naga meraung di udara. Berbeda dengan naga lain
yang menyemburkan api. Ketika naga itu meraung, hawa dingin langsung menyeruak.
Menyelimuti sekitar. Beberapa bulir hujan berubah menjadi butiran es. Membeku. Jatuh
berkelontangan menghantam tanah.
Sayapnya yang besar, membentang lebar di udara. Kepakkan
sayap itu membuat kesiur angin kencang menyapu beberapa benda di sekitar. Dedaunan,
bulir hujan, hingga kabel-kabel listrik melambai-lambai diterpa angin.
ROOOOAAAARRRR!
Naga itu kembali meraung. Sekujur tubuhnya dibungkus
sisik besar berwarna biru. Beberapa punuk di punggungnya berwarna putih.
Beberapa daun yang terbang di hadapannya membeku.
WUFT! WUFT! WUFT!
Beberapa portal yang diselimuti cahaya biru terbuka. Beberapa
orang muncul dari balik portal masing-masing. Menggunakan jubah yang sama.
Jubah putih yang memiliki fitur-fitur canggih. Mereka menggunakan penutup
kepala, helm transparan. Diselimuti cahaya biru serupa.
“Di sini kau rupanya, Lev-132.” Seorang pria langsung
berseru saat portalnya sempurna terbuka.
SIIINNGG!
Tanpa menunggu aba-aba. Dia mengangkat tangan. Memilih
salah satu fitur yang mengambang dari jam tangan pintar miliknya. Mengklik satu
fitur yang dicari. Sebilah pedang terhunus di depannya. Dengan sigap pria itu
menarik gagang pedang. Melompat ke udara. Berteriak. Mengarahkan mata pedang
kepada naga yang besarnya berpuluh kali lipat darinya.
ROOOAAARRR!
Naga itu kembali meraung kencang. Udara kembali membeku.
Namun, pria itu tak gentar sedikit pun. Dia masih melesat di udara. Menatap
tajam ke arah si naga, yang balas menatapnya dengan marah.
Beberapa kawannya menatap dari bawah. Menit selanjutnya
mereka saling toleh satu sama lain. Mengangguk pelan, memberi aba-aba untuk
ikut menyerang. Mereka sepakat. Mengaktifkan fitur jam tangan teknologi tinggi
masing-masing. Empat orang itu menyusul melesat ke udara.
Naga besar menyadari ia telah diserang bersama-sama.
Kepakkan sayap dan dengus raungannya di udara tidak sanggup menahan serangan
lima manusia di hadapannya. Mereka jelas bukan lawan biasa. Di tangan
masing-masing kini bermunculan senjata yang berbeda-beda.
Senjata-senjata dari fitur jam canggih yang melingkar di
pergelangan tangan masing-masing. Ada yang memegang pedang dengan kilauan
cahaya yang menyelimutinya. Ada pula yang menggenggam bilah tombak, juga dengan
kilatan cahaya membalutnya. Satunya, mengayun untaian tali di udara, siap
melempar dan melilit tubuh naga. Dua lainnya, bersiap dengan panah
masing-masing.
Naga tak mau kalah. Dengan posisi melayang di udara dan
sayap yang mengepak-ngepak, dia menarik napas panjang. Mengisi energi
dalam-dalam. Mulutnya terbuka. Gumpalan udara dingin terhirup ke dalam
mulutnya. Mulai membentuk kristal es yang makin membesar.
“Dia siap menyerang, berhati-hati.” Salah seorang dari
kelima penyerang berteriak, memberi tahu keempat kawannya yang lain.
Mereka mengangguk paham. Masih menatap waspada ke depan.
Sepuluh detik kemudian, naga itu sudah menyemburkan
bulir-bulir salju dari mulutnya. Dengan kecepatan tinggi, itu seperti badai
salju yang disemburkan dari mulut naga. Kelima orang itu menghindar. Berpencar
ke kanan dan kiri semburan salju. Semburan yang mengenai area itu berhasil
membekukan apa saja yang ada di hadapan naga. Gardu listrik, pohon, jalanan,
dan sebuah rumah tak berpenghuni di tepi jalan.
BOOOMMM...
Gardu itu meledak. Asap membubung tinggi.
“SEKARANG!”
Tepat di ujung seruan itu, semua anggota tim menyerang
bersamaan. Dua anak panah melesat lebih dulu. Menancap sempurna di sisi kanan
dan kiri tubuh naga. Sisik tebalnya membuat anak panah itu hanya menancap
sepuluh-dua puluh sentimeter saja. Tidak menembus kulit naga.
Namun, itu bukan anak panah biasa. Tepat sedetik setelah
kedua anak panah menancap, logam besi itu mengeluarkan besi lain, seperti cakar
yang sempurna menancap ke dalam sisik. Menancap lebih dalam lagi. Menyentuh
bagian kulit dalam naga. Membuat naga besar itu kembali meraung kesakitan.
Tidak sampai di situ. Saat naga kehilangan konsentrasinya
akibat kesakitan. Seorang anggota lain, sudah melemparkan tali dengan pemberat
di ujungnya. Tali itu melingkar beberapa kali ketika dilempar, melilit leher
naga. Sang pemilik senjata itu menariknya dengan kuat. Dia bergelantungan di
udara. Mengaktifkan fitur lain. Kini dia berpijak pada sebuah lingkaran kecil
bercahaya yang melapisi kakinya. Seperti melayang di udara, menarik tali di
tangannya lagi. Mencoba menahan pergerakan naga.
ROOOAAARRR!
Naga itu kembali meraung kencang. Dia kembali kehilangan
keseimbangan terbangnya. Mengamuk. Menggoyangkan kepalanya ke sana-kemari.
Mencoba melepas ikatan di lehernya. Tapi, lawannya menahan tali cukup kuat.
Bukan tali biasa, itu adalah tali baja berdiameter lima-delapan sentimeter.
Tentu, dengan teknologi canggih yang tertanah di dalamnya.
Dua orang lainnya telah mendarat di pundak naga.
Masing-masing di sisi kanan dan kiri, dekat dengan sayap. Seseorang dengan
bilah tombak lebih dulu melemparkan senjatanya ke arah mata kiri. Satu orang
lagi mengincar mata kanan dengan pedangnya. Mereka akan membuat naga itu
kehilangan penglihatannya lebih dulu.
Tombak itu sempurna menancap lebih dulu. Pemilik senjata
yang tadi melempar sambil melompat, kini mendarat sempurna di jalanan aspal.
Mata kiri naga sempurna tak bisa melihat. Darah berwarna biru mengalir. Naga
besar itu kembali meraung kesakitan. Mengamuk.
Pria dengan pedang di tangannya melesat di udara.
Mengincar mata kanan. Tapi, hal tak terduga terjadi. Saat dia hampir menusukkan
pedangnya ke mata naga. Naga itu mengayunkan tangan kanannya yang bercakar,
berusaha menangkis serangan. Dan benar saja.
PRAAAKKK!
Naga berhasil menepis serangan. Si pria berpedang
terpelanting di udara. Pedangnya terlepas dari tangan. Sekali lagi, naga itu
mengayunkan cakarnya ke arah si pria. Beberapa senti lagi nyaris mengenai tubuh
malang yang belum bisa menjaga keseimbangannya.
Salah seorang dengan senjata tali yang masih terlilit di
leher naga, mulai tidak sanggup menjaga keseimbangan. Amukan naga itu
membuatnya kewalahan. Dia hendak mengaktifkan fitur di tali baja itu. Sial,
tali itu terlepas sebelum ia menekan fitur. Naga mengamuk bebas. Si pemilik
tali baja terpelanting. Mendarat dengan keras di atas aspal hitam. Dia meringis
kesakitan.
Salah satu pemanah mengambil ancang-ancang. Sedetik
kemudian dia melesat di udara. Jaraknya yang cukup jauh membuatnya tidak yakin
akan mencapai temannya yang masih melayang-layang di udara, hampir terkena
cakar naga.
Pemanah yang lain membuat inisiatif. Dia membuka portal
di depan teman pemanahnya yang melesat. Dengan titik tuju portal di dekat tubuh
si pemegang pedang. Agar ia bisa diselamatkan. Portal itu sudah terbuka sempurna.
Cakar naga semakin dekat. Pria pemegang pedang masih coba
menggapai pedangnya dengan tubuhnya yang tidak seimbang. Terputar-putar bebas
di udara. Dia butuh ‘keajaiban’ yang selama ini nyaris tidak pernah ia dan
anggota lain percayai.
Namun, saat itulah justru ‘keajaiban’ terjadi. Di tengah
guyuran hujan dengan situasi yang sangat kacau, seseorang akhirnya tiba. Dengan
cekatan dia menggapai gagang pedang yang masih berputar di udara. Dalam
sekejap—
SIIINNNGGG!
Tangan naga besar itu terpotong. Putus dalam sekali
tebasan pedang. Darah biru bersimbur. Naga kembali meraung galak. Dia merasakan
sakit yang luar biasa.
ROOOAAARRR! ROOOAAARRR!
Kilatan petir di balik awan hitam menggelegar bersamaan
dengan raungan naga.
Sementara naga itu meraung-raung tak karuan, membuat
udara menjadi dingin berkali lipat, bulir hujan membeku. Seseorang itu meraih tubuh
kawannya, si pria berpedang. Masuk ke dalam portal yang dibuat pemanah. Muncul
di hadapan pemanah lain yang batal melesat karena menyaksikan aksi yang baru
saja terjadi di hadapannya.
“Lain kali kau harus belajar lebih cepat lagi.” Seorang
yang muncul dari portal memperingatkan, sambil menggendong tubuh pria berpedang
di pundaknya.
“Baik, Kapten.”
Portal tertutup.
“Aktifkan fitur kejut!”
Semua mengangguk, saat seseorang yang disebut “Kapten”
itu menyerukan perintah. Mereka bersamaan menekan tombol hologram yang mencuat
dari jam tangan.
ROOOAAARRR!
Naga itu kembali meraung kesakitan. Bukan karena
tangannya yang baru saja buntung. Tapi, beberapa senjata yang menempel di
tubuhnya. Tombak di mata kanan, anak panah di kedua sisi tubuhnya, dan tali
yang masih melilit lehernya. Semua secara bersamaan mengeluarkan aliran listrik
bertegangan tinggi. Naga itu terkejut. Tapi, tak cukup untuk menumbangkannya.
Sekejap dia mengepakkan sayap. Terbang lebih tinggi,
menuju gumpalan awan hitam. Sebuah portal besar, seukuran tubuhnya terbuka. Dia
hendak melarikan diri.
“Kejar dia!” Sang Kapten berseru.
Semua bergegas melesat di udara. Menggunakan portal.
Menggunakan energi kinetik. Hingga melesat bagai peluru di udara kosong. Apa
pun yang sempat terpikirkan oleh mereka.
Naga menyadari dirinya dikejar. Tubuhnya tetap melesat
menuju portal. Tapi, kepalanya dengan leher panjang menoleh ke belakang.
Mulutnya terbuka. Siap mengirim badai salju kedua. Sepuluh detik kemudian.
Badai itu menyembur dari dalam mulutnya. Beberapa anggota agen itu menghindar.
Menyisakan Sang Kapten yang menyerang menggunakan portal.
Portal yang dibuatnya sempurna terbuka. Dua titik. Satu titik
di hadapannya. Satu titik lagi terbuka di dekat Naga yang sudah setengah
badannya memasuki portal besar. Kapten terus melesat, melintasi portal. Pertama
yang keluar dari portal adalah tangan kanannya. Berusaha meraih ujung tali yang
menjuntai. Dengan menarik tali itu dia akan mengendalikan Naga. Menghentikannya
sebelum kabur melewati portal.
Naga itu tak kalah cepat. Dia sudah melesat melintasi
portal. Hampir seluruh tubuhnya sudah melewati mulut portal. Menyisakan ujung
tali baja yang belum sepenuhnya melintas. Tangan Kapten berusaha meraihnya.
Sayang, dia tidak berhasil. Naga itu sudah menghilang di
balik portal sebelum Kapten muncul di ujung portal miliknya. Portal besar Si
Naga pun tertutup. Pria itu terlambat sedetik, dia gagal meraih tali dan juga
gagal memasuki portal monster itu.
Tubuh Kapten mengambang di bawah gumpalan awan hitam.
Cahaya di sepatunya bisa menopang tubuh di udara. Energi kinetik.
“Sial!” Kapten itu merutuk, kesal.
Dia kembali melesat turun. Melihat ke sekeliling.
Sisa-sisa pertempuran. Lalu, menoleh ke semua anggota timnya. “Bereskan tempat
ini. Jangan ada jejak sedikit pun!”
“Siap, Kapten!” semua mengangguk.
_____
Ini hanya cuplikan salah satu bab calon novel "Dimensi". Judul babnya "Naga Air" (masih bisa berubah). Sekarang posisinya ada di bab 2. Tapi, mungkin masih sangat bisa bergeser jadi bab pertengahan.
Ini adalah salah satu cuplikan isi dari novel "Dimensi" yang sedang dalam tahap penulisan naskah. Cuplikan ini ada di salah satu bab. Semoga novel ini segera selesai ditulis dan segera terbit.
Semoga terhibur.
Salam literasi.
DUKUNG KOSAN KARYA UNTUK TERUS BERKARYA:

Donasi Via Saweria atau dukung Kosan Karya dengan klik iklan google (Google Adsense) yang tampil
Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.
Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
_____________________________
Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,
Terima Kasih.
0 Response to "Cuplikan Novel: "DIMENSI" - Naga Air | Karya: Ahmad M. Mabrur Umar (Coming Soon)"
Post a Comment