NOVEL | 1 Titik (part 6) - Negeri Satu Semboyan

Negeri Satu Semboyan

           Di yayasan ini, para pasien diajarkan untuk hidup sehat dengan melakukan senam rutin setiap pagi. Selain itu diadakan juga bakti sosial. Semua pemghuni yayasan diajak berbaur dengan masyarakat. Masyarakat pun menerima dengan poditif.
Yayasan yang telah berdiri sejak 2001 ini memang atas kerjasama masyarakat. Dengan menyatukan perbedaan dan semangat gotong royong jadilah yayasan ini. Yayasan yang dikenal dengan nama Bhinneka Tunggal Ika ini dulunya adalah bangunan tua yang tak terawat. Dari yayasan ini telah banyak nyawa yang diselamatkan, meski ada pula nyawa yang harus berakhir di sini.
Hari demi hari tak terasa. Waktu bergulir begitu cepat. Satu penghuni BTI sedang bergembira. Setelah melewati perjuangan yang panjang, akhirnya ia berhasil bebas dari penyakit kanker yang dideritanya. Kata dokter kankernya tiba-tiba menghilang. Namun, ia tidak sembuh seratus persen. Dia masih beresiko kanker, namun resiko itu bisa diminamilisir dengan pola hidup sehat. Dan hal ini pun menjadi penyemangat untuk kami berlima.
***
Di malam yang dingin, aku yang sekamar dengan Nyoman dan Samuel tak bisa tidur. Kurasakan rindu yang mendalam kepada ibu dan ayah. Orang-orang yang selalu menyemangatiku. Malam itu aku putuskan untuk keluar kamar dan mengambil air wudhu. Langkah kaki berayun menuju mushalah kecil di samping yayasan. Aku lantas melaksanakan shalat tahajud, dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Qur’an.
Di tengah bacaanku, tiba-tiba pintu mushalah terbuka. Saat aku melihat keluar pintu, ternyata Samuel yang ada di balik pintu.
“Samuel? Sedang apa kamu di situ?” tanyaku kemudian.
“Hehehe,” dia menjawabku dengan sebuah tertawa kecil sambil cengengesan, “maaf Ahmad! Sa tara bisa tidur. Kebetulan sa ada liat ko masuk ke sini.”[1]
“Lalu?”
“Begini, dulu Fajar sering baca ayat-ayat Al-Qur’an sama seperti kau,” kenangnya, “boleh sa dengar kau pu suara?”[2]
“Boleh, silakan!”
“Terima kasih! Silakan dilanjutkan.”
Selama sekitar setengah jam aku membaca. Samuel tetap menyimak dengan baik bacaanku, dia tak terlihat mengantuk. Aku pun bertanya padanya,
“Kenapa kamu senang mendengarkan bacaan Al-Qur’an?”
“Entahlah. Sa sering mendengarkan Fajar membaca Al-Qur’an. Walau sa tara tau artinya. Tapi sa merasa tenang. Apalagi kau pu suara sama seperti Fajar, enak didengar.”[3]
***
Hari ini kebetulan hari Minggu. Hari beribadah bagi umat kristiani. Aku mengamati mereka dari jauh. Di sana terdapat dua gereja yang saling berdekatan. Samuel dengan terburu-buru menuju salah satu gereja. Sedang Noni sudah berada di gereja lain yang berbeda.
“Assalamualaikum, Ahmad!” seseorang menyapaku dari arah yang berlawanan dengan arah pandanganku.
“Wa’alaikum salam, Dok,” dr. Aisyah rupanya.
“Kamu sedang apa di sini, kok sendiri?”
“Saya sedang memerhatikan Samuel dan Noni.”
“Ada yang salah dengan mereka?”
“Mereka sama-sama kristiani kan? Tapi, kenapa mereka masuk ke gereja yang beda?”
“Memang mereka sama-sama kristiani. Tapi ada beberapa perbedaan dalam tata cara mereka beribadah dan keyakinan pu sedikit berdeda.”
“Perbedaan bagaimana?”
“Mmm... Saya tidak begitu tahu banyak, karena saya bukan mereka. Tapi, ada sedikit yang saya tahu. Umat Katolik berdoa dengan membuat tanda salib. Tanda tersebut dibuat dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan menyentuh dahi, dada, bahu kiri dan kanan secara berurut. Sedangkan, umat Protestan hanya berdoa seperti biasa,” suara lembutnya menjelaskan diiringi ayunan jari yang lentik.
“Perbedaan itu wajar, yang penting kita bisa menyikapi perbedaan itu dengan indah. Dalam Islam pun ada beberapa perbedaan kan? Perbedaan itu bisa disatukan dengan kebersamaan,” lanjutnya.
Pagi itu Nyoman pun terlihat sedang menjalankan ritual seperti berdoa di sebuah Pura. Mungkin dia memohon agar penyakitnya segera diangkat. Begitu pun Tami. Toleransi yang terpelihara di sini membuktikan bahwa perbedaan bukanlah sebuah penghalang eratnya persaudaraan.
***
Mengisi waktu luang, di siang harinya. Kami, lima sahabat dan dr. Aisyah sedikit bernyanyi. Beberapa lagu penyemangat. Setelah bernyanyi, Samuel pun bercerita.
“Hei, teman-teman. Sa punya cerita lucu. Kamu semua harus dengar! Dokter juga!”
“Cerita apa toh?” Tami menyambut dengan logat medoknya, “awas loh yah kalau ndak lucu!”
“Kalau di Papua, cerita semacam ini namanya MOP. Jadi begini, pace Papua satu ini dia pu teman bule nih meninggal dunia. Jadi di pi melayat. Sampai di rumah duka, dia liat orang-orang bule semua di dalam. Karena pace nih tara kenal dorang terus tara tau bahasa Inggris. Pace langsung masuk menuju peti. Terus dia menangis sambil teriak ‘MERRY CHRISTMAS. MERRY CHRISTMAS. MERRY CHRISTMAS. AND HAPPY NEW YEAR’...”[4]
Suasa hening tercipta dalam beberapa saat. Kami saling menatap. Dan tiba-tiba, gelak tawa pun pecah tak tertahankan. Bahkan hingga perut kami pun sakit.
***
Benar yang dikatakan dr. Aisyah, perbedaan bisa tak terasa bila kebersamaan telah membaur. Kebersamaan seperti ini, membuat semua masalah seakan hilang. Semua duka bertransformasi menjadi sebuah kebahagiaan.
Orang-orang seperti mereka tidak akan kulupakan. Mereka yang mengajarkan tentang semangat hidup, mengajariku tentang kebersamaan dan mengajariku apa arti Bhinneka Tunggal Ika yang sebenarnya.
***


[1] Saya tidak bisa tidur. Kebetulan saya melihatmu masuk ke sini.
[2] Boleh saya mendengarkan suaramu?
[3] Entahlah. Saya sering mendengarkan Fajar membaca Al-Qur’an. Walau pun saya tidak tahu artinya. Tapi saya merasa tenang. Apalagi suaramu sama seperti suara Fajar. Enak didengar.
[4] Seorang bapak punya teman bule meninggal dunia. Jadi bapak ini pergi untuk melayat. Di rumah duka, dia melihat semua yang hadir orang-orang bule. Karena bapak ini tidak mengenal mereka ditambah dia tidak mengerti bahasa Inggris. Dan dia langsung menuju peti mati sambil menangis dan teriak “MERRY CHRISTMAS. MERRY CHRISTMAS. MERRY CHRISTMAS. AND HAPPY NEW YEAR

_____________________________
Terima kasih atas kunjungan Anda dan telah bersedia membaca karya-karya sederhana kami. Dukung blog Kosan Karya dengan mengklik iklan yang tampil. Klik share jika Anda menganggap karya ini menarik dan layak dibagikan, atau tinggalkan komentar, kritik, dan saran agar dapat menjadi acuan bagi penulis.
Salam,

Terima Kasih.

0 Response to "NOVEL | 1 Titik (part 6) - Negeri Satu Semboyan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
oOoOoOo

Iklan Tengah Artikel 1



Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.

Iklan Tengah Artikel 2




Iklan Bawah Artikel

oOoOoOo
DUKUNG KOSAN KARYA UNTUK TERUS BERKARYA:

Donasi Via Saweria atau dukung Kosan Karya dengan klik iklan google (Google Adsense) yang tampil


Klik Di Sini Untuk Mengiklankan Produk Anda di Blog ini.

Beberapa karya dalam blog ini telah dibukukan dan diterbitkan, silakan klik DI SINI untuk melihat beberapa buku karya kami. Buku dapat dibeli secara resmi di toko Shopee kami Seputar Komputer Project
oOoOoOo